artikel tentang penyakit Difteri

00.46 Posted In Edit This 0 Comments »
I.                 PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease) yang menyerang pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini dominan menyerang anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring, laring, hidung,dan kadang juga pada kulit. Infeksi ini menyebabkan gejala-gejala lokal dan sistemik karena eksotoksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme yang berada pada infeksi tersebut.(Laurentz,DSA: 1993; 1).
Penularan penyakit ini biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang  yang membawa kuman ke orang lain yang sehat.Bahkan dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
 Selain itu penyakit ini juga bisa ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.(Rampengan: 1993 ; 3).
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembranpseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf. sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan
Difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Di Indonesia penyakit ini banyak dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Namun akhir-akhir ini berkat adanya Program Pengembangan Imunisasi (PPI), maka angka kematian dan kesakitantelah menurun.(Vohr: 1986; 77). Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.

B. Dasar Teori
Gambar penyakit difteri (www.infokedokteran.com : 27/12/2010 ; 20.22)
Penyakit difteri adalah penyakit infeksi akut yang terjadi di saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak,dan biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil dan faring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas. Hal tersebut dapat menurunkan sistem imun atau kekebalan tubuh pada anak.(Laurentz : 1993; 1)
Ciri khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphtheriae.Penyakit difteri dapat menular melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk, maupun bersin yang membawa kuman-kuman difteri. Melalui pernafasan kuman itu dapat masuk ke dalam tubuh orang yang berada disekitarnya.
Gejala dari penyakit difteri ini dapat ditandai dengan adanya suhu tubuh yang meningkat sampai 38,9 derajad Celcius, batuk pilek ringan, sakit dan pembengkakan pada tenggorokan, mual, muntah, sakit kepala, dan adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu-abuan kotor. Difteri ini dapat mengakibatkan kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina, kerusakan otot jantung dan ginjal.(www.infokedokteran.com : 24/12/2010; 20.13)
Pencegahan penyakit difteri dapat dilakukan dengan cara memberikan imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Biasanya imunisasi ini bersamaan dengan imunisasi campak, polio, dan hepatitis B. Sedangkan imunisai difteri tergabung dalam imunisai D P T atau Difteri,Pertuisis,Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili).( www.infeksi.com : 24/12/2010 : 20.15)
II.               ISI
A.    Pengertian Penyakit Difteri
Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.
Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak dini.
(Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”.(Ngastiyah: 1990 ; 41)
Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosa saluran pernafasan dan kulit yang terluka.  Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan. (www.podnova.com).
Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. (www.padnova.com)
B.    Jenis-jenis Penyakit Difteri
Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :
a. Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri menelan.
b. Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.
c.  Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisisnefritis (radang ginjal). (kelemahan anggota gerak) dan
Disamping itu, penyakit ini juga dibedakan menurut lokasi gejala yang dirasakan pasien :
a. Difteri hidung
Penderita mengalami pilek dengan ingus yang bercampur darah. Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat. Mula-mula hanya tampak pilek, tetapi kemudian secret yang keluar tercampur sedikit yang berasal dari pseudomembren. Penyebaran pseudomembran dapat pula mencapai foring dan laring.
b. Difteri faring dan tonsil
     Dengan gejala radang akut tenggorokan, demam sampai dengan 38,5 derajat celsius, nadi yang cepat, tampak lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan kelenjar leher. Pada difteri jenis ini juga akan tampak membran berwarna putih keabu abuan kotor di daerah rongga mulut sampai dengan dinding belakang mulut (faring).
c. Difteri laring
Gejalanya tidak bisa bersuara, sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi sampai 40 derajat celsius, sangat lemah, kulit tampak kebiruan, pembengkakan kelenjar leher. Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas.
d. Difteri kutaneus dan vaginal
Gejala biasanya berupa luka mirip sariawan pada kulit dan vagina dengan pembentukan membran diatasnya. Namun tidak seperti sariawan yang sangat nyeri, pada difteri, luka yang terjadi cenderung tidak terasa apa apa.(Laurentz: 1993; 7).
C.    Cara Pengobatan
a.      Pengobatan Umum
Meliputi perawatan yang baik, istirahat total di tempat tidur, isolasi penderita, dan makan lunak yang mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori. Pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap minggu.
b.     Pengobatan khusus
a.      Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan desentitisasi dengan cara besderka.
b. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.
b.     Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2 mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap. (Moelyono: 1987; 550).
III.             Penutup
A.    Kesimpulan
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga jantung.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan psudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri, dan bahan lainnya, didekat tonsil dan bagian faring yang lain. Membrane ini tidak mudah robek dan bewarna keabu-abuan. Jika membran ini dilepaskan secara paksa maka lapisan lender dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udara secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.
           Berdasarkan gejala dan ditemukanya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dibuatkan biakan dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Tetapi sejak diperkenalkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan,Laurentz. 1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC.
Vohr,BR; William. 1986.Age of  DPT Immunization of Special Care Nursery Graduates. Pediatrics.
Parwati; Moelyono, dkk . 1987. Pengalaman Penggunaan ADS pada Difteri Anak. Buku Abstrak KONIKA. Jakarta.
www.infokedokteran.com diunduh Sabtu,  24 Desember 2010 ; 20.13 WIB.
www.infeksi.com diunduh Sabtu,  24 Desember 2010 : 20.15 WIB.
www.podnova.com diunduh Senin,19 Desember 2010 ; 18.27 WIB.

0 komentar: